Jumat, 07 April 2017

OLAHRAGA PATHOL

Pathol

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pathol adalah olahraga gulat tradisional. Olahraga ini populer di wilayah pantai utara mulai dari Rembang hingga Tuban. Seperti halnya gulat lain, pathol mempertandingkan dua orang di tengah arena. Arena pathol biasanya berupa pasir karena itu sering dimainkan di pantai. Kedua atlet pathol hanya mengenakan celana pendek dengan selendang/tali terikat dipinggang. Pegulat yang menang adalah yang berhasil menelentangkan lawan hingga punggungnya menempel di pasir/arena.

Ini kesenian tradisional Pathol Sarang, gulat khas Rembang  (MuriaNewsCom/Edy Sutriyono)
Ini kesenian tradisional Pathol Sarang, gulat khas Rembang (MuriaNewsCom/Edy Sutriyono)
MuriaNewsCom, Rembang – Bagi sebagian masyarakat Rembang, kesenian tradisional Pathol Sarang, mungkin sudah tak asing lagi. Kesenian tradisional ini sepintas hampir mirip dengan Sumo atau olahraga gulat khas Jepang.
Pathol Sarang ini dahulunya dipopulerkan kaum nelayan di Kecamatan Sarang dan umumnya nelayan di sepanjang pantai utara Kabupaten Rembang. Pathol ini berasal dari kata mathol (tidak bisa bergerak). Dahulu, para nelayan kerap meminta tolong temannya saat perahu kepathol karena kandas. Dari istilah itu, dalam olahraga ini, dua orang yang berlaga saling berhadapan dan berusaha saling mengunci satu sama lain, sampai satu di antaranya benar-benar terkunci serta menyerah.
Ada juga versi lain yang menyebutkan, jika Pathol Sarang ini dahulunya merupakan bentuk olahraga kanuragan, dalam rangka mencari bibit-bibit pendekar yang unggul, yang dipersiapkan untuk melawan penjajah ketika itu. “Pathol Sarang itu digunakan media mencari bibit jagoan untuk melawan penjajah di zamannya,” kata Kepala SD 1 Temperak,Sarang Sugianto.
Ia katakan, Pathol Sarang ini ada kemiripan dengan Sumo. Yang menjadi perbedaannya, di antaranya, dalam Pathol Sarang, orang yang tak memiliki tambun juga boleh terjun di arena pertarungan untuk melawan orang lain yang perawakannya sepadan. Pemain Pathol harus telanjang dada, dan di pinggang masing-masing dililitkan kain sarung atau tali “dadhung” untuk tempat pegangan lawan. Kemudian, dalam laga, tak matras dan juga pertarungan dilakukan di tempat terbuka.
Selanjutnya, sepanjang pertarungan gamelan ditabuh bertalu-talu. Jika gamelan berhenti, berarti pertarungan usai. Pertarungan juga baru selesai jika salah satu petarung menyerah atau dinyatakan kalah oleh wasit yang terdiri dari dua orang sambil berjoged.
Untuk melestarikan kesenian tradisional ini, SD 1 Temperak Sarang mengadakan kegiatan ekstra kurikuler berupa Pathol Sarang.  “Kita memang memberikan ekstra kurikuler itu kepada anak didik. Dan alhamdulillah, saat ini kelompok Pathol Sarang tersebut terdiri dari dua kelompok. Yakni kelompok anak-anak dan kelompok dewasa,” paparnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar